Friday, July 17, 2009

Jakarta Oh Jakarta

Pagi ini, saya dibangunkan oleh dering telepon yang berulang-ulang. Pada dering yang ketiga, saya angkat, terdengar suara teman saya, Cynthia: Sas, kamu dimana? Saya: Kenapa? Gw di rumah, cuti Cynthia: Coba cek, kantor loe meledak.... Saya: What???? Cynthia: Iyaaaa, beneran, coba tanya dan liat TV.... Saya:Ok, Thanks, byeee...

Demikian segelintir percakapan di hp pada pk 8:00. Secepat kilat, saya menuju ruang tv, di sana ada adik dan ayah yang sedang berbincang-bincang. Saya bilang pada adik saya: Coba nyalain TV, kantor gw meledak.... Dan begitu TV menyala, berita ledakan santer di 2 stasiun TV lokal yang memang menampilkan berita. Terjadi ledakan di dua lokasi yaitu hotel JW Marriot & Ritz Carlton. Refleks saya langsung menghubungi rekan-rekan kantor. Ya, kantor saya berjarak hanya 100m dari lokasi kejadian. Biasanya pada waktu tersebut, saya sedang menuju kantor, Menara Prima yang berlokasi di belakang Hotel Ritz Carlton entah naik ojek, shuttle atau berjalan kaki. Ingatan saya langsung melayang pada kejadian tahun 2003 dan 2004, di mana saat itu saya berada tidak jauh dari lokasi kejadian. Jujur, melihat dari TV saja saya merinding. Thanks God, mereka selamat dan sedang dievakuasi. Perusahaan diliburkan, pegawai di pulangkan.

Hari ini saya memang tidak berada di TKP, hari ini saya mengambil cuti. Tidak terbayang betapa hiruk pikuknya suasana di tempat kejadian. Beberapa teman yang tahu posisi kantor saya dan melihat berita masih menanyakan keadaan saya melalui sms dan telepon. Terima kasih, saya sedang cuti dan berada di rumah, jawab saya.

Terlepas dari apa dan siapa yang menyebabkan, hari ini perasaan saya begitu campur aduk. Sedih, berduka, dan marah. Kadang pertanyaan muncul, mengapa harus terjadi seperti ini? Mengapa orang-orang yang tidak mengerti dan tidak tahu apa-apa yang menjadi korban? Ada apa dengan bangsa ini? Mengapa kita tidak bersatu untuk memberantas kebiadaban? Dimana letak kemanusiaan si pembom? Hmmmm... Fiuhhhh....

Hari ini masih ada sedikit blessing in disguise dalam hidup saya. Bahwa Tuhan masih menjaga saya dan keluarga dari marabahaya dan bahkan maut. Ya memang, kita tidak akan pernah tahu kapan maut akan memanggil kita. Kalau boleh memilih cara menghadap Sang Pencipta, saya mohon, please jangan dengan cara yang menyakitkan...

Segala Puji Bagi Tuhan, jika saat ini saya masih diberikan nafas kehidupan, berarti saya masih diberi kesempatan untuk memberikan sesuatu bagi bangsa. Masih diberikan kesempatan untuk berkontribusi dalam kehidupan, tidak hanya duduk diam dan melihat.
Yang terutama masih diberikan kesempatan untuk berbuat sesuatu bagi Tuhan dan memuliakan Dia. Saya berlari dengan waktu.

Saya membayangkan seperti sedang berada pada track lari lintas alam, yang kadang perjalanan yang dilalui tidak hanya lurus tetapi berliku, naik dan turun. Tetapi saya harus tetap berlari untuk mencapai garis akhir dan tentu saja menjadi pemenangnya. Jangan sampai berhenti ditengah jalan atau terjatuh ke jurang.

Hidup memang tidak selalu mulus, tetapi pada saat kita berjalan dalam track yang benar, saya percaya ada tangan dan kekuatan yang lebih besar yang selalu menuntun, selama kita taat dan setia. Kekuatan Sang Pencipta. Sampai nafas berhenti berhembus.
Mari berbuat sesuatu. Mulai saja dari yang kecil, berbuat untuk diri, keluarga, sesama.

Do somethin'....
Peace for Indonesia
Life is a cross road track
Follow the step
Keep up the spirit
Move on, until you find, and say : finished...

Jakarta berduka, Indonesia Menangis
Indonesia berdoa, Indonesia bersatu, katakan YA untuk Indonesia

No comments: