Saturday, July 30, 2011

Peace in Your Heart

17 Juli 2011 Minggu pagi, masih lekang dalam ingatan. Terbangun dengan hati riang gembira, hari itu diizinkan untuk memujiNya dalam ibadah pagi. Tidak terbersit apapun terjadi, dalam doa sesaat menjelang berangkat, hanya satu  pinta saya: Lord I want to served You with all my heart no matter what happen.

Ketika saya melihat ke jam, wah... saya harus bergegas. Berkelebat dalam pikiran rencana perjalanan, angkot dan ojek, paslah.... Ya saya memilih untuk naik angkot dari tol Jatibening, turun Halim dan menyambung dengan ojek. Setibanya di Halim, ojek langganan telah menunggu. Setelah memberitahu rute (rute biasa berbeda...), saya naik motor pak ojek dan meletakkan tas di antara saya dan pak ojek.

Perjalanan memerlukan waktu sekitar 20 menit untuk tiba di lokasi. Ketika akan turun, tiba-tiba sebuah motor dari kanan saya menyalib dan seta merta mengambil tas saya. Setengah tidak percaya saya berteriak dan meminta pak ojek untuk mengejar motor tersebut. Dalam pikirian saya, astagaaa saya kena jambret... Semakin jauh ojek kami mengejar, semakin jauh motor itu dari pandangan. Sampai di satu titik pak ojek berkata: Mbak sepertinya gak akan terkejar, motor saya kalah cepat dengan motor itu (sambil mengucapkan merk). Saya minta untuk diantar pulang oleh pak ojek. Entah mengapa ditengah perjalanan, akhirnya saya berubah pikiran, saya meminta pak ojek untuk kembali mengantar ke lokasi semula, di daerah Casablanca.

Dalam perjalanan kembali ke Casablanca, saya sempat menertawakan kejadian yang baru saja terjadi dan berseloroh dengan pak ojek. Saya memang dijambret, tetapi tas yang diambil menurut saya tidak ada apa-apa yang berharga. Hp yang sudah setengah rusak yang niatnya akan ditukartambah jika gajian, dompet yang isinya kosong karena saya memang hanya membawa uang yang pas untuk ongkos dan makan, dan itu ada disaku celana Sementara sisanya adalah peralatan make up (namanya juga cewekkk... ), baju ganti, buku catatan, buku motivasi dari John Maxwell dan Alkitab.

Ketika masuk dalam ruangan dan naik lift ke lantai 12, saya menghela nafas, achhh...baru kali ini saya berjalan melenggang, hanya membawa diri tanpa apa-apa. Rasanya aneh sekali. Perjuangan saya dimulai ketika harus berdiri di depan memuji dan menyembahNya. Betapa dalam setiap pujian dan penyembahan itu benar-benar membuat saya menangis meskipun irama lagunya riang. Ya, saya berjuang membangkitkan sukacita dan damai sejahtera ditengah kelebatan-kelebatan bayangan motor yang tancap gas membawa tas saya. Bahwasannya apa yang telah saya alami Ia tetap membawa kebaikan untuk saya. Bahwa yang telah terjadi memberikan saya kesempatan untuk tetap melihat bahwa rencana Tuhan tetap baik dalam kehidupan saya meskipun saya mengalami kejadian yang tidak menyenangkan.

Berbagai pikiran menari-nari saya  mencoba untuk melihat itu dari pandangan si penjambret, mungkin ia perlu untuk menyambung kebutuhan hidupnya, mungkin ia perlu untuk anggota keluarganya yang sakit. Perlahan-lahan dalam pikiran saya, saya mulai merelakan semua yang sudah diambil, saya memberkati orang yang mengambil, dan memaafkan tindakannya. Tetapi satu hal yang benar-benar saya dapatkan, bahwa segala sesuatu di dunia tidak ada yang kekal. Semua dapat diambil dan ditarik dari manusia. Apa yang paling kita sayang dan kita tidak rela untuk melepasnya, bisa saja diambil. Tetapi ada satu yang selalu kekal, bahwa saya tetap memiliki Tuhan yang tidak akan pernah berubah dulu, sekarang sampai selama-lamanya.

Ketika saya menyadari ini, beban yang tadinya mengganggu, sirna. Ada damai sejahtera dan sukacita yang berbeda muncul dalam menghadapi kejadian ini. Saya memang kehilangan tetapi saya percaya apa yang saya lepas itu akan kembali dan apa yang saya dapatkan, lebih berharga dari apa yang saya lepaskan. Saya mendapatkan hakekat pemilikan yang sejati, yang tak lekang oleh waktu, Sang Pencipta.... The most precious gift that I ever had...