Saturday, May 21, 2011

Mentawai Trip V: Going Home

Menembus kepekatan malam, kapal angkat sauh menuju Tanjung Priok...
Perjalanan tidak semulus pada saat pergi di mana laut begitu tenang. Kapal mulai terombang ambing, beberapa teman mulai mabuk laut. Seloroh seorang teman berkata: PekerjaanNya memang luar biasa. Di saat berangkat, kami diberikan stamina yang prima sehingga dapat memberikan yang terbaik untuk Mentawai. Di saat pulang, kami diberikan waktu untuk beristirahat, mengembalikan stamina yang telah terkuras selama kegiatan.

Di tengah-tengah lautan yang bergoyang, kami tetap memuji dan menyembah Dia. Kali ini dek teratas menjadi tempat kami. Ditemani bintang-bintang, diiringi dengan gitar kopong dan cajon, kami mengucap syukur dan berterima kasih atas segala yang sudah diberikan olehNya. Menari-nari dan bertepuk tangan, tanpa terganggu sedikitpun dengan goyangan air laut. Beautiful moment, di malam terakhir kami di KM Lawit...

Sisa perjalanan dinikmati dengan memandang keindahan  pemandangan yang sudah Tuhan beri. Dasyatnya, pada saat kita melintasi lautan luas, kita hanyalah setitik kecil dari bagian dunia yang sudah Tuhan ciptakan. Gak ada apa-apanya...

Semakin mendekati pelabuhan Tanjung Priok, di sore hari ketika  berkumpul di dek atas menikmati last sunset di Selat Sunda dan Kepulauan Seribu. Pada akhirnya, kita semua akan tiba pada tujuan akhir.
Perjalanan yang dilalui adalah proses untuk mencapai tujuan itu. Dengan dan bagaimana kita mencapainya adalah, memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan. Rasakan kedekatanNya di setiap nafas kehidupan dengan tetap bersyukur, bersukacita, sabar, murah hati dan mau memaafkan seperti ketika saya menikmati perjalanan dari Jakarta - Padang - Mentawai - Padang - Jakarta


I'm going home....

Mentawai Trip Part IV: Bukit Tinggi

Pesta durian sambil menunggu alat-alat panggung dibongkar: here we comee.... Riuh rendah teman-teman menanti durian dibelah. Kehebohan terjadi ketika satu sama lain berebut mendapatkan durian terenak. Hmmm yummy, akhirnya kebagian makan durian juga.

Kapal berangkat pk 00:00 menuju Padang. Ada kejadian lucu, ketika kapal akan berangkat, ternyata ada orang tua dari teman yang turut dalam rombongan hampir tertinggal kapal. Mereka turun di darat dan menikmati suasana malam di cafe setempat, dan nyaris tidak sadar jika kapal sudah akan berangkat. Kelakar mereka, kami khan sedang honeymoon kedua... Ha ha ha ha...

Happy Sunday... Ibadah raya di atas kapal sebelum tiba di Padang dan tentu saja foto bersama setelah acara. Sebagian tim ada yang kembali ke Jakarta menggunakan pesawat. Kami yang menggunakan kapal laut, melanjutkan perjalanan berikutnya. Next trip: Tour Bukit Tinggi... Yiipppyyy! Akhirnya kesampaian juga jalan-jalan di Sumatra Barat.

Rombongan dibagi menjadi dua bus di kawal dengan patroli kepolisian membelah jalan Teluk Bayur menuju Bukit Tinggi. Kami singgah sebentar di rumah makan Lamun Ombak untuk bersantap siang. Gulai otak, rendang, mie tahu dan gulai kepala kakap menjadi incaran. Lekkerrrrr.

Dari Teluk Bayur ke Bukit Tinggi diperlukan waktu sekitar 3 jam untuk tiba di sana. Perjalanan melewati Padang Pariaman, kemudain melalui jalan yang berkelok-kelok seperti Puncak dan tak lama kemudian tiba-tiba di sebelah kiri terlihat air terjun Lembah Anai dari balik kaca jendela bus, mencurahkan airnya dari ketinggian.  Di bawahnya terlihat banyak orang yang bermain air dan duduk-duduk menikmati pancaran air tersebut. Tak terbayang jika liburan tiba, ruas jalan menjadi padat... Pemandangan di kerimbunan pepohonan hijau yang menyegarkan mata itu juga ditingkahi dengan polah monyet-monyet yang banyak bergelantungan di sana.

Memasuki jalan utama Bukit Tinggi, saya teringat rumah seorang teman di sana, Sherlia, dan berusaha mencarimya. Seingat saya ada apotik dan dekat dengan gereja. Hohoho I find it, walaupun hanya melewati tanpa mampir. Bus mengarah ke tentu saja Jam Gadang, the must place to go kalau ke Bukit Tinggi, dan akhirnya parkir di Istana Bung Hatta. Kami berfoto sebentar dengan latar belakang Jam Gadang, tentunya.

Saya dan adik segera memisahkan diri dengan rombongan untuk mencari oleh-oleh penganan khas dan barang. Sambil mencari, telepon saya putar ke teman saya itu, dan dia membantu saya mempermudah mencari penganan khas dan barang di sana. Rekomendasi darinya: Soto, Mie Tahu, Bebek Ijo, Cendol Duren dan Pisang Kapi'. Dari semua yang disebutkan, hanya pisang kapi' yang sempat dicoba, mengingat waktu yang singkat. Pisang kapi' adalah pisang yang dibakar dan diberi bumbu kelapa parut dan gula merah, seharga Rp10.000 tiga potong besar. Selain itu saya juga sempat membeli keripik seledri, kripik sanjai, beras putih dan singkong bumbu. Thanks, ya, Li... :)


Setelah itu rombongan dikumpulkan di Istana Bung Hatta, mengintip sedikit istana tersebut untuk numpang kebelakang, dan siap berangkat ke Ngarai Sihanouk. Ternyata perjalanan kesana sangat singkat, bisa ditempuh dengan berjalan kaki dari Jam Gadang. Begitu memasuki area wisata, hamparan ngarai langsung dapat dinikmati. Bergeser ke kanan, dapat terlihat track untuk balap mobil melintasi air. Pemandangan tersebut dapat dinikmati langsung, dikelilingi dengan monyet-monyet, atau naik menara.

Di objek wisata Ngarai Sihanouk, terdapat gua Jepang. Tanpa menunda kesempatan saya dan Grace yang sedikit tertinggal dari rombongan langsung menuruni tangga gua setelah membayar karcis masuk Rp6000. Sebelumnya kita juga ditawari seorang guide lokal untuk menemani, tetapi kita tolak. Tak lama kami bergabung dengan rombongan yang sedang mendengarkan keterangan dari guide. Keterangan yang cukup tentang perjuangan bangsa Indonesia di masa kemerdekaan di Sumatra Barat dapat kami peroleh. Dan seketika itu juga saya membayangkan betapa banyak warga Indonesia tanpa sadar masuk dalam jebakan Jepang  dan dipaksa untuk bekerja di gua tersebut. Apabila melawan, Jepang tak sungkan untuk menyiksa bahkan membunuh. Hiyyyy...

Perjuangan nyata kami dapatkan setelah selesai tour gua Jepang! Kami harus menaiki sekitar 130an anak tangga untuk kembali ke atas. Nafas ngos-ngosan, keringat mengucur. Begitu tiba di atas, heh heh, sebotol aqua dan menjatuhkan badan di bangku, mengembalikan energi...

Hari semakin sore, bus kembali berangkat mengantar kami kembali ke kapal. Kali ini uji kesabaran di mulai.
Ternyata, tidak hanya Jakarta yang mengalami kemacetan, perjalanan Bukit Tinggi - Teluk Bayur juga diwarnai dengan kemacetan. Patroli polisi yang mengawal kami tidak bisa banyak membantu, karena meski demikian, tetap saja bus disalib oleh motor dan mobil. He he he...

Saturday, May 14, 2011

Mentawai Trip Part III - Welcome to Padang & Mentawai

Tidak banyak kegiatan yang dilakukan ketika kapal merapat di Padang sore itu. Persiapan-persiapan dilakukan di atas kapal untuk penyambutan keesokan harinya.
Tim kedua yang berangkat menggunakan pesawat dari Jakarta bergabung dengan kami. Pagi hari pengobatan gratis untuk masyarakat sudah dilakukan. Kami fokus untuk acara seremonial di pelabuhan Teluk Bayur. Persiapan pemasangan tenda, dan tentu saja ruangan di atas kapal.

Sekitar pk 14:00 rombongan Ibu Numberi tiba di lokasi. Kali ini saya turut serta menjadi tim penyambut, aka pemegang payung hi hi hi. Udara cukup panas, sehingga tim juga mempersiapkan payung-payung untuk tamu-tamu yang hadir. Entah ketika salah seorang teman berucap ketika kami berbaris dengan payung, langit sepertinya memberi tempat pada matahari untuk sedikit mengurangi kepanasannya. Udara yang tadinya cerah menjadi sedikut mendung. Meski demikian kami tetap escort rombongan dalam acara dan seremonial di pelabihan dan mengantar rombongan naik ke atas kapal.

Pada pk 20:00 kapal angkat sauh kembali, tujuan Mentawai. Sebelum berangkat, kapal Allugara yang akan mengangkut crew panggung dan sound, merapat memindahkan barang dari KM Lawit dan berangkat lebih dahulu ke Sikakap.

Kesibukan mulai terjadi di pagi hari, Sabtu 29 April 2011. This is the D-Day. Dari atas kapal orang-orang sudah bersliweran mempersiapkan segala sesuatu. Kapal merapat di pelabuhan Sikakap. Cuaca cerah, akan tetapi lokasi acara basah terkena hujan semalam. Dari atas kapal saya mengintip venue untuk event kids, event yang saya, Grace, Fera tangani: basah... Plan B segera muncul, fokus acara anak akan dialihkan di atas kapal. Pertama dengan story telling kemudian mewarnai. Amannn pikir saya.

pk 09:00, aktivitas di darat sudah di mulai. Untuk pertama kalinya saya menjejak Mentawai. Turun cek dan recek tempat dan berkoordinasi dengan tim. K Bertha dan Tamara membantu juga di kid's event. ketika acara sedang berlangsung, tiba-tiba Nova dari tim PR datang dan menginformasikan agar saya berkoordinasi dengan kepala sekolah SD negeri setempat. Ternyata sudah ada rombongan anak-anak sekolah menanti, selain anak-anak dari penduduk setempat yang tidak bersekolah. Saya minta mereka berbaris di dekat kapal. Tetapi setelah melihat kondisi anak-anak yang banyak, di luar perkiraan dan perhitungan kami, saya terhenyak. Plan awal sepertinya tidak akan jalan. Segera atur strategi, ubah rencana seketika. Rombongan anak-anak berseragam merah putih akan naik kapal dan Tour KM Lawit dengan dibantu crew kapal, sementara sisanya akan mendengarkan story telling di dek 4, ya pindah venue dari dek 6, karena terlalu sempit. Sementara sisa yang belum sempat naik kapal menunggu di bawah dengan games kecil dari kakak-kakak taruna/taruni STPI. Fiueww, turun naik kapal berkoordinasi dan mengatur rombongan.
Ketika inspeksi dari rombongan ibu Numberi datang, semua berjalan dengan lancar dan baik.

Satu hal yang tidak akan pernah saya lupakan, ketika melihat binar di mata anak-anak di atas kapal. Ternyata mereka belum pernah naik ke atas kapal dan melihat kapal sebesar KM Lawit merapat di Sikakap. Kegembiraan dan rasa takjub memancar dari wajah mereka. Walau sebagian anak-anak tidak bisa berbahasa Indonesia, mereka tetap tertib dan patuh mendengarkan kakak-kakaknya memberikan arahan dan bergembira bersama.


Disela-sela acara itu kegiatan panggung hiburan, pengobatan, penyuluhan dan pelatihan tetap berlangsung.
Acara ditutup dengan masak dan makan bersama warga setempat.
Banyak pelajaran yang saya dapatkan dalam acara hari ini. Belajar untuk meminta maaf, ketika membuat suatu kesalahan, berkomunikasi dengan efektif, dan menyampaikan sesuatu dengan baik. Ketika akhirnya acara ditutup dan panggung hiburan diakhiri, tarikan nafas lega mengiringi. Tugas sudah selesai... Antusiasme masyarakat, kerjasama tim dan kegembiraan menutupi kelelahan yang ada.
Pengalaman baru yang saya peroleh menjadi kekuatan baru untuk melangkah ke depan. Biar kemulianNya yang dinyatakan. Sebelum kapal bertolak kembali ke Padang, kami menyempatkan diri untuk berenang di laut  Sikakap. Air yang jernih, udara dan kepala yang panas menjadi adem kembali. Yang pasti kelelahan kaki akibat turun naik kapal terbayar dengan rendaman air laut Sikakap.

Mentawai Trip Part II - The First 48 Hours

KM Lawit mulai menjauh dari pelabuhan Tanjung Priok...
Senja mulai beranjak, meninggalkan semburat oranye di langit...

Bersama dengan kurang lebih 30 anggota dari Yayasan Cahaya Citra Bangsa (CCB), kita mulai membereskan barang bawaan. Karena jumlah kami yang cukup banyak, sebagian besar kami tidur di dek dengan hamparan kasur 10 buah di setiap sisi dan tempat untuk menaruh barang. Dek sebelah kiri, tempat teman-teman pria, sementara dek sebelah kanan, tempat teman-teman wanita. Di dek wanita, bergabung juga 9 orang rekan-rekan wanita dari STPI.

Kebiasaan yang saya lakukan dalam perjalanan adalah melakukan pengecekan tempat tidur dan tentu saja toilet. Untuk ini, masih bisa ditolerirlah... Meski harus melakukan beberapa penyesuaian, karena bergoyang-goyang diombang-ambing laut, walaupun tidak terlalu kuat.
Pada awalnya, saya juga agak kaget dengan jadwal makan yang menurut ukuran saya kepagian, 1 jam lebih awal dari kebiasaan... Tetapi daripada protes dengan keadaan dan merusak hari, yaaa, mari menikmati :)

Setelah makan malam diadakan briefing singkat untuk jalannya acara di Padang serta Sikakap, sekaligus latihan paduan suara untuk lagu tema Mentawai Tersenyum. Kami tidak saja mempersiapkan jasmani tetapi juga rohani untuk keberhasilan acara ini. Tim CCB berkumpul di dek 4, dek barang di belakang dapur.
First moment memuji dan menyembah Tuhan di atas kapal... Menurut nahkoda kapal, perjalanan ke Padang melalui Samudra Hindia biasanya akan terombang ambing cukup kuat dan tidak jarang menimbulkan mabuk laut. Dalam pujian dan penyembahan kami, semoga penyertaan Tuhan selalu bersama dengan kami dalam perjalanan ini.

Hari pertama menyambut pagi di atas KM Lawit, saya diberi kesempatan untuk berkeliling kapal, sekaligus melakukan pengecekan untuk venue. Ketika saya masuk ke ruang nahkoda, saya terkejut-kejut, ternyata ada wanita yang juga ikut dalam perjalanan mengemudikan kapal, he he he, noraknya...


KM Lawit adalah kapal PELNI yang digunakan melayani rute Jakarta - Semarang - Pontianak. Berkapasitas 1000 orang. Terdiri dari 6 dek, paling atas tempat nahkoda, dek 5 tempat kelas 1 dan 2 dengan resto dan bar tersendiri. Dek 4 untuk kelas ekonomi beserta dengan dapur. Dek 3 juga untuk penumpang, sementara dek 2 dan 1 adalah untuk crew kebersihan, mesin, dan laundry. Dengan kami yang berangkat tidak lebih dari 100 orang, kapal terasa begitu luas.


Kegiatan pagi setelah beribadah dan sarapan pagi, shooting video klip Mentawai Tersenyum. Yihaaa, pengalaman baru, niy.... Kami diminta untuk menggunakan seragam dan dijadikan background dari band. Ha ha ha, at least ikutan video klip meskipun hanya jadi background.
Shooting hari ini dilakukan di atas anjungan. Untuk pengambilan gambar, kami diminta juga untuk bernyanyi, sehingga ada playback musik yang mengiringi. Seru, karena terpaan angin sore dari anjungan cukup kuat. Menyanyi bersama angin...

Hari kedua di atas kapal, kembali shooting video klip. Kali ini lokasi yang diambil adalah dek teratas.
Matahari yang terik dengan langit yang sangat biru mengiringi kami. Peluh bercucuran, tetapi pengalaman di atas kapal mengarungi samudra, benar-benar luar biasa.

Sambil menunggu giliran pengambilan gambar, segerombolan lumba-lumba mengawal perjalanan kami. Dengan atraksi natural tanpa pelatih, mereka berlompatan di sisi kapal. Cipratan air dari lompatan yang ditimbulkan memberikan kesegaran dan keindahan tersendiri. Setelah atraksi lumba-lumba, segerombolan ikan terbang turut mengambil bagian, beratraksi di udara, dan meluncur di laut lepas. Mulut saya tak henti berucap: Wooowwww... Keren bangetttt..... Dasyat....


pk 17:00 kami memasuki pelabuhan Teluk Bayur, Padang. Dari kejauhan terhampar bukit dan lalu lintas kendaraan yang cukup ramai. Inikah Bukit Barisan?
Welcome Padang...






























 

Saturday, May 7, 2011

Mentawai Trip Part I - Departure Tanjung Priok

Hari sudah beranjak siang, ketika kami berkumpul di Kantor Kementrian Perhubungan, Gambir. Antara deg-degan dan exciting... Ya ini menjadi pengalaman pertama saya melintasi samudra Hindia dengan menggunakan kapal laut ke daerah Sumatra. Biasanya perjalanan menggunakan kapal laut hanya berhenti di ujung Sumatra, selama 3 jam perjalanan. Perjalanan dari Pelabuhan Tanjung Priok ke Teluk Bayur, Padang memerlukan 48 jam, dan disambung dengan perjalanan ke Mentawai selama 10 jam. Ditambah 2 hari kegiatan di Padang dan Mentawai, total 7 hari perjalanan.

Setelah anggota lengkap dikumpulkan, dengan menggunakan bus kami berangkat menuju pelabuhan Tanjung Priok. Sebelum kapal berangkat kami akan dilepas oleh Bapak Freddy Numberi sebagai Mentri Perhubungan. Oh ya acara ini adalah acara peduli kasih dengan tajuk Mentawai Tersenyum yang diprakarsai oleh Kementrian Perhubungan, SIKIB (Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu) dengan Nasi Putih Production. Bekerja sama dengan Majalah Intisari, Flona, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, STPI Curug, dokter-dokter UKI, Yayasan Ceria Anak Bangsa dan Yayasan Cahaya Citra Bangsa. Kegiatan yang dilakukan adalah penyuluhan pemanfaatan hasil bumi, pelatihan kepemimpinan dan guru, pengobatan gratis, program anak usia sekolah dan panggung hiburan bagi masyarakat Mentawai periode pasca tsunami 2010 yang lalu. Acara seremonial diadakan di Teluk Bayur Padang, sementara acara puncak dipusatkan di Sikakap.

Pukul 17:00 kapal siap diberangkatkan. Saya berdiri di dekat tangga keluar yang pelan-pelan diangkat dan dilepaskan dari buritan. Sebagian tim yang belum berangkat turut mengantar dan melambaikan tangan melepas keberangkatan. KM Lawit buang sauh....



And The Journey Begin....