Saturday, October 17, 2015

Lesson to Learn: Story of The Great Warrior

Waktu berjalan begitu cepat, tidak terasa hampir dua dasawarsa, ya sudah hampir dua dasawarsa...
Saya teringat ketika itu saya yang kuliah di luar kota sedang berlibur di Bekasi. Kami sedang bercengkrama di ruang keluarga, tiba-tiba mama mengeluh gatal di daerah payudaranya. Ketika diperhatikan, seperti digigit serangga, memerah dan gatal sekali. Waktu itu, karena dikira digigit serangga, mama hanya mengoleskan minyak tawon di lokasi gatal. Kecurigaan bertambah, ketika keesokan harinya gatal tidak mereda. Akhirnya mama berkonsultasi ke dokter dan disarankan untuk mamografi. Keputusannya diambil 3 hari kemudian dan dilanjutkan dengan konsultasi ke dokter internis. Karena saya masih ada kewajiban menyelesaikan beberapa mata kuliah, saya putuskan untuk kembali menyelesaikan kuliah sambil menunggu kabar selanjutnya dari mama.

Seperti petir di siang bolong ketika menerima telepon dan diminta pulang segera ke Bekasi. Bad news, mama divonis terkena kanker payudara. What? KANKER? Sering saya mendengarnya, tapi saya tidak menyangka kalau ini akan menimpa seseorang yang sangat saya kasihi, mama saya. Tidak tanggung-tanggung stadium 3b...

Singkat cerita, keputusan diambil, perawatan akan dilakukan di Jakarta. Sayangnya karena mama mengidap diabetes, operasi yang dilakukan hanya bisa mengangkat sebagian, tidak mengangkat tuntas semua payudaranya.

Setelah itu, proses dilanjutkan dengan kemoterapi. Sebelumnya mama rajin mencari informasi seperti apa kemo itu. Dari informasi yang diperoleh, akan muncul keluhan-keluhan seperti mual, muntah-muntah, bibir kering dan rambut rontok dalam jumlah banyak. Akan tetapi, di tahun itu keluar obat kemo baru yaitu taxotere, yang katanya memiliki sedikit efek samping, sehingga mama hanya mengalami kerontokan rambut tanpa mengalami mual atau muntah.

Sampai pada tahap akhir pengobatan yaitu radiasi sekitar 25-30 sesi. Ia rela tubuhnya ditandai dan kulit putihnya menghitam karena radiasi. Wanita mana yang gak sedih,ya? Tapi, mama saya menghadapinya dengan senyum...

Saya salut dengan perjuangan mama melawan kanker. You are a GREAT WARRIOR, Mom!
Keinginan untuk sembuh tidak pernah berhenti. Tetap semangat, pantang menyerah dan tidak pernah mengeluh. Pembawaannya yang ceria membuat orang tidak menyangka ia mengidap penyakit yang kronis.
Ketika rambutnya yang banyak rontok, mama tanpa ragu memotong rambutnya sampai habis. Kata mama, ahhh kan nanti tumbuh lagi.
Sebagai gantinya, ia memiliki wig dan topi- topi yang modis untuk dikenakan.

Membaca sepenggal kisah Indah melalui Facebook dan melihat update perjalanannya sebagai survivor kanker, mengingatkan saya pada ibunda terkasih... Terlebih melihat foto-foto update mu after kemo, Ndah...

Dua minggu lalu saya menerima kabar seorang teman dekat terkena kanker darah, berbagai perasaan kembali berkecamuk. Seperti ada bel yang berbunyi dalam pikiran saya, seolah mengajak saya kembali memaknai sekolah hidup, belajar dari kisah mama dan kisah kamu...

Teng Teng Teng Teng

Bel Pertama
Menghargai tubuh yang sudah diberikan oleh Sang Pencipta, yang dibuat begitu sempurna tanpa cacat dan punya tujuan khusus.
Sayangnya kita suka gak peduli menjaga tubuh. Asupan makanan tidak seimbang, kurang olahraga dan terlebih stres bisa memicu perkembangan sel-sel abnormal dalam tubuh muncul.

Switch into:
Love your bodies
Take a rest
Always have me time

Bel Kedua
Memiliki hati yang selalu bersyukur dan gembira.
Ada pepatah mengatakan hati yang gembira adalah obat dan semangat yang patah mengeringkan tulang. Tidaklah mudah menjaga hati untuk tetap selalu waspada, sehingga ia tidak mudah untuk terkontaminasi dan berhenti mengalirkan air kehidupan karena sikap kita dalam memandang kehidupan, cenderung pesimis dan apatis.

Switch into
Don't worry be happy.
See something out of the box in a good way.
Be more proactive rather than reactive

Bel Ketiga

Have a Warrior mind set

Punya jiwa seperti pejuang, yang tidak pernah menyerah sampai titik darah penghabisan. Berani menghadapi tantangan yang menghadang, mengalahkan rasa takut yang muncul dan menjadi pemenang

Switch into
Never give up
Be strong
Be brave

Thank you for sharing your life, Mom

Thank you for sharing your journey, Indah

I open my eyes wide to enjoy this amazing life...

In Loving Memory beloved mother

Judith Henriette Sumarmi Winter Syafril

25 April 2000 - 25 April 2015


Saturday, September 26, 2015

Pursue Your Passion

Sabtu minggu lalu, saya mengikuti pertemuan komunitas wanita SWAN dengan tema Wonderwoman.

Ahaaa, bukan berarti kami menggunakan baju minim berwarna biru, merah atau putih, yaaa. Mewakili tema wonder woman, masing-masing kami yang hadir diberikan mahkota emas.


Karena aktivitas yang padat pada hari itu, dengan sangat terpaksa, saya baru bisa join ketika  diskusi kelompok. Itupun diskusi sudah setengah berjalan. So sedikit terbengong-bengonglah saya, ketika ditanyain, what is your biggest dream or passion? Something you do longtime ago but because of something you stop to do but you wanna do it or you miss to do it again...

Setelah menyimak sharing dari beberapa teman dalam kelompok, tibalah giliran saya. Hmmm share apa yaa? Ting ting voila! Saya teringat dengan piano. Begini ceritanya.

Waktu aku kecil sekitar 5 tahunan mama ngajarin aku main piano. Aku ingat diajarin lagu Chop Stick dan Boneka Abdi. Oh iya, mama juga ngajarin aku kunci-kunci sederhana. Setelah itu, aku sudah bisa bermain lagu anak-anak sendiri. Hampir tiap hari, tiada hari tanpa piano. Kelas dua SD aku diikutkan les privat dari sebuah sekolah musik di kawasan Rawasari Jakarta. Dan tentu saja mulai ikut konser kecil yang diadakan dari sekolah musik itu. Sayangnya saat kami pindah rumah, les dihentikan karena jarak terlalu jauh. Akan tetapi tidak menutup keinginanku untuk bermain dan berlatih piano sendiri di rumah.

Aku berhenti total bermain piano ketika kuliah di luar kota. Berhubung tidak ada sarana untuk berlatih, dan aktivitas kemahasiswaan yang cukup menyita waktu, perlahan-lahan intensitas bermain piano semakin berkurang. Jika ada, hanya sebatas main band di kampus. Itupun bisa dihitung dengan hari.
Dan semua berlanjut sampai lulus kuliah dan bekerja. Seakan terkubur jauh entah kemana.

Diawal tahun 2015 aku dan suami diminta untuk menempati rumah peninggalan orang tua. Guest what? Aku dipertemukan kembali dengan piano lamaku....
Suaranya masih tetap nyaring, walau perlu perbaikan sana sini. Menyenangkan. Tapi, again karena kesibukan kadang dia ditinggalkan berdebu tanpa disentuh dan dimainkan.

20 tahun ya 20 tahun...
Sungguh menggelitik jiwa untuk bisa kembali menekuni main piano. Berkelebat dalam pikiran untuk mulai belajar lagi. At least pianonya dibenerin dulu, trus ambil les atau sebangsanya will become my next to do list... Kan kalau sudah lancar lagi, bisa ngajar juga.

Keinginan hanya menjadi sebatas keinginan kalau tidak diwujudkan, sampai pada pertemuan ini. Menarik semua pikiran saya untuk kembali mengejar sesuatu yang saya kira hilang, akan tetapi lekang oleh waktu.

Diakhir acara kami diminta untuk mewujudkan keinginan terpendam tersebut menggunakan lilin malam sebagai langkah profetik...


Yusuf, Daniel, Samuel bahkan Maria adalah orang-orang pilihan Tuhan yang diberikan mimpi dan mengambil langkah untuk mewujudkannya. It means gak ada alasan buat saya untuk membiarkan apa yang menjadi keinginan di masa kecil berlalu begitu saja. 


Berdiam diri sejenak

Think about your passion 


Pursue it



Saturday, June 20, 2015

Bird Feeding

Sometimes we worries of all things in our life. 
Work, family, what to eat, what to drink
Small things, Big things put in our head, and we begin to think, think and think
We put all the effort to fixed it all by ourself
We forget there is one person who has ALL THINGS
To whom we could give all things we think