Thursday, June 10, 2010

From Asia Conference with Love



Adalah satu hal yang membuat saya menjadi takjub sendiri akan kemurahan Tuhan. Ya, it's a privilage bagi saya diizinkan dalam kurun dua bulan kembali menginjak negara tetangga, Singapura. Rasanya seperti naik PATAS, bisa naik turun sesukanya.

Bukan suatu kebetulan jika saya diizinkan untuk dapat pergi kesana dengan segala keterbatasan. Yang saya inginkan bahwa pergi dan pulang ada sukacita luar biasa didapat baik secara perorangan atau kelompok.

Bersama 42 orang teman-teman dari Frontliners, the journey begin. Dengan dua orang teman, Grace dan Vanda, kami tiba lebih cepat 1 hari, 24 Mei 2010. Konferensi sendiri baru akan dimulai pada hari Rabu, 26 Mei. Registrasi peserta dibuka pada hari Selasa, 25 Mei 2010 pk 15:00 waktu setempat. Oh ya, kami bertiga registrasi duluan, sambil menunggu kedatangan rombongan. Selang 5 menit setelah itu, antrian berubah menjadi amat panjang.

Acara yang diikuti sungguh padat. Dimulai dari pk 9:00 sampai pk 22:00. Break makan siang pk 12:00-14:30. Setelah itu ada elective workshop dengan pembicara luar biasa. Elective workshop selesai pada pk 17:00. Kemudian istirahat makan malam sampai pk 19:00.
Antusiasme peserta begitu dasyat. Terbukti dalam setiap waktu break telah terjadi antrian-antrian panjang untuk masuk ke main hall. Apabila tidak dapat di main hall masih terdistribusi di hall 7 atau 10 dengan fasilitas yang luar biasa, screen-screen besar dari berbagai sisi.
Tercatat 32.000 orang dari 70 negara yang hadir dalam konferensi tersebut.

Sulit rasanya mengekspresikan dan berbagi cerita, karena sepertinya tidak akan cukup satu tulisan tentang perjalanan ini. Akan tetapi saya share 1 foto dari Asia Conference yang mewakili ekspresi yang tidak terlukiskan itu, pada malam terakhir di Singapore Expo Hall 8, Jumat 28 Mei 2010.

Love yourself more
Love others more
Love God more

Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS/EDGE/3G network

Tuesday, June 1, 2010

Think Before Act

Dua minggu yang lalu, saya sempat terserang sariawan di mulut, lidah dan tenggorokan. Membaca buku atau artikel menjadi suatu kebiasaan lama yang muncul kembali, karena saya memilih membatasi berbicara hanya jika diperlukan.

Di saat itu saya membaca sebuah headline di situs berita lokal, seorang mahasiswa terancam diskors dari kampus karena status FB. Kejadian sederhana yang menjadi tidak sederhana, sebuah reaksi yang reaktif. Itu yang terlintas dibenak saya.

Bermula dari kekecewaan dari pertandingan bola lokal, Persipura melawan Persib. Kekecewaan yang dilampiaskan dengan mengupdate status melalui situs pertemanan yang nota bene dibaca publik dan menimbulkan ketersinggungan pihak tertentu.

Hmmm... Kita sering kali mudah bereaksi dengan suatu kejadian, tanpa memikirkan akibatnya. Melihat sesuatu, dengan cepat diekspresikan. Gak ada salahnya juga, siy. Akan tetapi, bisa jadi ribet dan berabe jika timbul reaksi yang kurang berkenan, seperti marah. Terkadang kita suka tidak sadar dengan akibat yang menanti setelah itu.

Tidak jarang terjadi kasus serupa yang berbuntut pada kerugian si penulis. Maksud hati hanya melampiaskan perasaan, gak taunya menggegerkan perasaan. Tercatat dua atau tiga peristiwa yang pernah saya baca tentang update mengupdate status ini.

Sama halnya dengan mencurahkan isi hati melalui situs pertemanan meski virtual.
Diibaratkan berbicara dengan teman face to face, tentu saja bahasa yang digunakan lebih santai dan cenderung lebih spontan. Siapa juga yang mau berbicara dengan teman dengan bahasa yang resmi? Sungguh canggung rasanya.

Menyambung kondisi sariawan saya, di satu sisi saya jadi belajar mengendalikan mulut. Setiap kata yang keluar menjadi berharga dan amat dipikirkan. Tentu saja, karena jika terlalu banyak berkata-kata, mulut saya menjadi amat nyeri sampai ke gigi.

Sambil merenungi kejadian tersebut, saya berpikir, ada benarnya jika Sang Pencipta menciptakan manusia dengan komposisi sempurna. Dua mata, dua telinga dan satu mulut. Supaya kita bisa lebih banyak melihat, lebih banyak mendengar dibanding dengan berkata-kata. Lebih bijak berpikir sebelum mengutarakan sesuatu.

Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS/EDGE/3G network