Thursday, May 20, 2010

It's A Wonderful Life - Arie Saptaji

Ketika saya membaca buku karangan Mas Arie, begitu saya menyapanya, berbagai perasaan campur aduk timbul di dalamnya. Teringat dengan iklan sebuah permen, manis, asem, asin, ramai rasanya, ya seperti itulah kurang lebih rasa yang timbul ketika membaca buku ini.

Menyitir istilah dari buku ini dalam salah satu babnya: Beberapa Pelajaran dari Anak Saya, mengapa harus membatasi dengan rasa manis, asam, pahit, asin? Mengejutkan. Benar, membaca buku ini memang mengejutkan. Seperti roller coster, naik dan turun, Mas Arie membawa saya untuk mengikuti tulisannya.

Dengan bahasa yang sederhana, Mas Arie berbagi kisah hidup dan pemikirannya. Saya diajak untuk tersenyum, trenyuh, terinspirasi, malu, merenung, sedih dan belajar melalui tulisannya secara bersamaan.

Setiap bab memiliki makna yang berbeda yang dipaparkan secara terpisah, tetapi menjadi satu kesatuan. Suatu pengalaman, perenungan serta ungkapan syukur tentang anugerah Tuhan yang luar biasa dalam kehidupan, suka maupun duka yang diceritakan begitu ringan, akan tetapi sarat makna.

Buku ini juga menunjukan ekspresi kasih penulis dari, untuk dan oleh keluarga, teman, komunitas dan tentu kepada Tuhan. Pembelajaran untuk memaknai hidup dan bersyukur atas kehidupan yang sudah diberikan, seperti mencatat hal-hal kecil yang menyenangkan, bukan hanya perkara-perkara besar atau hebat. Inspiratif...


Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS/EDGE/3G network

Monday, May 17, 2010

Invictus


Out of the night that covers me,
Black as the pit from pole to pole,
I thank whatever gods may be
For my unconquerable soul.

In the fell clutch of circumstance
I have not winced nor cried aloud.
Under the bludgeonings of chance
My head is bloody, but unbowed.

Beyond this place of wrath and tears
Looms but the Horror of the shade,
And yet the menace of the years
Finds and shall find me unafraid.

It matters not how strait the gate,
How charged with punishments the scroll,
I am the master of my fate:
I am the captain of my soul.

(William Ernest Henley 23 August 1849 – 11 July 1903)

Judul puisi yang diadaptasi menjadi sebuah film diproduseri oleh Clint Eastwood dari sebuah buku karangan John Carlin berjudul Playing the Enemy: Nelson Mandela and the Game That Changed a Nation. Bercerita tentang kehidupan Nelson Mandela setelah ia menjabat menjadi presiden. Suka duka membangun kesatuan suatu negara melalui pertandingan olahraga rugby dalam Rugby World Cup 1995 yang diadakan di Afrika Selatan. Menumbuhkan kecintaan bangsa terhadap olahraga yang menjadi favorit minoritas di negara tersebut.

Invictus berarti tidak terkalahkan. Merupakan pernyataan keyakinan untuk tetap menjalani kehidupan tidak peduli pada kondisi atau lingkungan. Menggambarkan keadaan si pengarang, Henley yang pada saat itu terkungkung karena keterbatasan tubuhnya yang digerogoti oleh penyakit. Puisi ini menjadi inspirasi Mandela selama mendekam di dalam penjara selama 30 tahun untuk tetap memiliki semangat hidup.

Saya tersentuh dengan dua baris terakhir dari puisi tersebut: I am the master of my fate: I am the captain of my soul. Ya, semua kendali yang ada kembali pada diri kita sendiri. Karena hanya kita yang dapat mengusai pikiran dan tubuh kita, bukan orang lain. Hanya kita yang dapat menentukan kemana kita mau melangkah dan mengambil sebuah keputusan, tidak dipengaruhi dengan kondisi dan lingkungan.

Sama seperti keputusan Mandela melakukan sesuatu yang tidak biasa dan ditentang, tetapi tetap fokus pada tujuan akhir. Tidak menyerah pada dengan kondisi yang ada, dan tetap berserah pada yang kuasa. Tidak membiarkan orang lain mengendalikan kehidupan.
Tetapkan tujuan, jangan menyerah dengan keadaan dan tetap fokus meraih impian.

Tuesday, May 11, 2010

Greater Good

Kemarin malam saya menonton film seri tentang investigasi pembunuhan. Dalam salah satu scene film itu bercerita tentang pengorbanan seorang ayah yang rela dipenjara untuk menggantikan posisi sang anak yang ia kasihi.

Begitu sayangnya ia, sehingga rela menjadikan dirinya yang tidak bersalah menanggung kesalahan yang tidak ia perbuat. Dibuatnya cerita palsu, sehingga kesalahan dijatuhkan kepadanya, dan ia harus mendekam dalam bui selama 18 bulan.

Detektif yang menyelidiki kasusnya menemukan suatu kejanggalan. Maka sang ayahpun menjalani penyidikan. Pada awalnya ia menutupi apa yang telah terjadi. Akan tetapi akhirnya sang anak mengakui apa yang sebenarnya terjadi.
Ketika detektif yang melakukan penyelidikan menanyakan alasan ia mau melakukan itu semua, sang ayah menjawab karena ia ingin berbuat kebaikan yang lebih besar, greater good.

Apakah kita masih mau melakukan kebaikan untuk orang lain, bahkan sampai menanggung beban yang harusnya bukan menjadi tanggung jawab kita?
Tidak bereaksi pada saat orang memperlakukan kita dengan tidak layak?
Bahkan memberi diri untuk orang lain, tanpa berharap timbal balik?
Hanya melakukan kebaikan yang lebih besar, greater good.

Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS/EDGE/3G network

Saturday, May 8, 2010

The Book of Eli


Sekedar interpretasi berbeda dari film dengan judul di atas yang sempat saya tonton beberapa waktu yang lalu...

Aku melintas kota-kota menuju barat
Sepanjang jalan kurasakan
dunia begitu sepi dan kejam
Terlalu sibuk dengan diri
Manusia membunuh manusia
Homo homini lupus

Aku merasa kehilangan kasih mula-mula
Dingin, sedingin tembok yang membentengi kota
Bagai mayat-mayat hidup berjalan tanpa ekspresi
Udara keegoisan begitu kuat berhembus

Aku berjalan mengejar tujuan
Aku memiliki pedoman yang pasti: Buku Kehidupan
Setiap saat kubuka dan kurenungkan siang dan malam
Aku membawanya dalam kehidupan
Begitu banyak yang telah dinyatakan

Bukan berarti perjalananku mulus
Sering kali aku jatuh dan tersandung
Terkadang aku diserang
Kejahatan mengikutiku setiap waktu
menghadang
Mengejar apa yang diinginkan, keselamatan dan perubahan

Aku tetap melangkah
Bukan dengan penglihatan
Bukan dengan perasaan
Aku melangkah dengan percaya

Aku berjalan mencapai tujuan
Aku memiliki semua pengetahuan dalam buku hidup
Melekat erat dalam pikiranku, dalam kepalaku
Akan tetapi aku tidak berbuat apa-apa

Semua menjadi kesia-siaan
Mengerti tanpa perbuatan
Aku terlalu fokus
Aku melupakan proses
Aku harus membagikannya

Di tempat terakhir aku berlabuh
Segala kekuatan dan ketahananku sirna
Tubuhku melemah, tetapi semangatku tetap menyala

Kutuangkan semua yang ada dalam kepalaku
Kubagikan apa yang kudapatkan
Aku harus mengakhiri semua

Ia melangkah mengejar panggilan
Kembali pada kehidupannya mula-mula
Membagikan kabar dari Buku Kehidupan

Aku telah selesai

Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS/EDGE/3G network