Saturday, May 21, 2011

Mentawai Trip Part IV: Bukit Tinggi

Pesta durian sambil menunggu alat-alat panggung dibongkar: here we comee.... Riuh rendah teman-teman menanti durian dibelah. Kehebohan terjadi ketika satu sama lain berebut mendapatkan durian terenak. Hmmm yummy, akhirnya kebagian makan durian juga.

Kapal berangkat pk 00:00 menuju Padang. Ada kejadian lucu, ketika kapal akan berangkat, ternyata ada orang tua dari teman yang turut dalam rombongan hampir tertinggal kapal. Mereka turun di darat dan menikmati suasana malam di cafe setempat, dan nyaris tidak sadar jika kapal sudah akan berangkat. Kelakar mereka, kami khan sedang honeymoon kedua... Ha ha ha ha...

Happy Sunday... Ibadah raya di atas kapal sebelum tiba di Padang dan tentu saja foto bersama setelah acara. Sebagian tim ada yang kembali ke Jakarta menggunakan pesawat. Kami yang menggunakan kapal laut, melanjutkan perjalanan berikutnya. Next trip: Tour Bukit Tinggi... Yiipppyyy! Akhirnya kesampaian juga jalan-jalan di Sumatra Barat.

Rombongan dibagi menjadi dua bus di kawal dengan patroli kepolisian membelah jalan Teluk Bayur menuju Bukit Tinggi. Kami singgah sebentar di rumah makan Lamun Ombak untuk bersantap siang. Gulai otak, rendang, mie tahu dan gulai kepala kakap menjadi incaran. Lekkerrrrr.

Dari Teluk Bayur ke Bukit Tinggi diperlukan waktu sekitar 3 jam untuk tiba di sana. Perjalanan melewati Padang Pariaman, kemudain melalui jalan yang berkelok-kelok seperti Puncak dan tak lama kemudian tiba-tiba di sebelah kiri terlihat air terjun Lembah Anai dari balik kaca jendela bus, mencurahkan airnya dari ketinggian.  Di bawahnya terlihat banyak orang yang bermain air dan duduk-duduk menikmati pancaran air tersebut. Tak terbayang jika liburan tiba, ruas jalan menjadi padat... Pemandangan di kerimbunan pepohonan hijau yang menyegarkan mata itu juga ditingkahi dengan polah monyet-monyet yang banyak bergelantungan di sana.

Memasuki jalan utama Bukit Tinggi, saya teringat rumah seorang teman di sana, Sherlia, dan berusaha mencarimya. Seingat saya ada apotik dan dekat dengan gereja. Hohoho I find it, walaupun hanya melewati tanpa mampir. Bus mengarah ke tentu saja Jam Gadang, the must place to go kalau ke Bukit Tinggi, dan akhirnya parkir di Istana Bung Hatta. Kami berfoto sebentar dengan latar belakang Jam Gadang, tentunya.

Saya dan adik segera memisahkan diri dengan rombongan untuk mencari oleh-oleh penganan khas dan barang. Sambil mencari, telepon saya putar ke teman saya itu, dan dia membantu saya mempermudah mencari penganan khas dan barang di sana. Rekomendasi darinya: Soto, Mie Tahu, Bebek Ijo, Cendol Duren dan Pisang Kapi'. Dari semua yang disebutkan, hanya pisang kapi' yang sempat dicoba, mengingat waktu yang singkat. Pisang kapi' adalah pisang yang dibakar dan diberi bumbu kelapa parut dan gula merah, seharga Rp10.000 tiga potong besar. Selain itu saya juga sempat membeli keripik seledri, kripik sanjai, beras putih dan singkong bumbu. Thanks, ya, Li... :)


Setelah itu rombongan dikumpulkan di Istana Bung Hatta, mengintip sedikit istana tersebut untuk numpang kebelakang, dan siap berangkat ke Ngarai Sihanouk. Ternyata perjalanan kesana sangat singkat, bisa ditempuh dengan berjalan kaki dari Jam Gadang. Begitu memasuki area wisata, hamparan ngarai langsung dapat dinikmati. Bergeser ke kanan, dapat terlihat track untuk balap mobil melintasi air. Pemandangan tersebut dapat dinikmati langsung, dikelilingi dengan monyet-monyet, atau naik menara.

Di objek wisata Ngarai Sihanouk, terdapat gua Jepang. Tanpa menunda kesempatan saya dan Grace yang sedikit tertinggal dari rombongan langsung menuruni tangga gua setelah membayar karcis masuk Rp6000. Sebelumnya kita juga ditawari seorang guide lokal untuk menemani, tetapi kita tolak. Tak lama kami bergabung dengan rombongan yang sedang mendengarkan keterangan dari guide. Keterangan yang cukup tentang perjuangan bangsa Indonesia di masa kemerdekaan di Sumatra Barat dapat kami peroleh. Dan seketika itu juga saya membayangkan betapa banyak warga Indonesia tanpa sadar masuk dalam jebakan Jepang  dan dipaksa untuk bekerja di gua tersebut. Apabila melawan, Jepang tak sungkan untuk menyiksa bahkan membunuh. Hiyyyy...

Perjuangan nyata kami dapatkan setelah selesai tour gua Jepang! Kami harus menaiki sekitar 130an anak tangga untuk kembali ke atas. Nafas ngos-ngosan, keringat mengucur. Begitu tiba di atas, heh heh, sebotol aqua dan menjatuhkan badan di bangku, mengembalikan energi...

Hari semakin sore, bus kembali berangkat mengantar kami kembali ke kapal. Kali ini uji kesabaran di mulai.
Ternyata, tidak hanya Jakarta yang mengalami kemacetan, perjalanan Bukit Tinggi - Teluk Bayur juga diwarnai dengan kemacetan. Patroli polisi yang mengawal kami tidak bisa banyak membantu, karena meski demikian, tetap saja bus disalib oleh motor dan mobil. He he he...

No comments: