Thursday, March 3, 2011

Being Honest

This is a simple story, but I learn something from it. Begini ceritanya.

Kemarin malam, sepulang saya dan seorang teman dari wisata kuliner di sebuah Plaza di Jakarta Pusat, kami naik taksi. Kami memilih lewat jalan tol supaya tiba lebih cepat di rumah, karena hari sudah beranjak malam. Perjalanan kira-kira 30 menit, dan kami terlibat pembicaraan yang cukup asyik.

Sampai tidak terasa hampir keluar dari gerbang tol. Saya mengecek dompet, oh ternyata tidak tersedia uang kecil. Saya bertanya pada rekan apakah dia memiliki uang kecil. Dan ternyata ada Rp2000.
Saya memberikan uang tersebut pada pak supir. Melewati gerbang ini dikenakan biaya Rp1000, gerbang tol termurah menurut saya di antara gerbang tol-gerbang tol lainnya. Penjaga tol memberikan kembalian Rp1000 kepada pak supir. Saya menunggu pak supir mengembalikan uang tersebut. Akan tetapi, sampai kami tiba di rumah masing-masing, pak supir tidak bergeming untuk mengembalikan uang tersebut.

Sebenarnya bukan masalah nominal yang saya lihat, melainkan ada suatu nilai yaitu integritas seseorang dan kejujurannya. Meskipun nilai itu mungkin kecil, tetapi tetap ada nilainya. Jika berhitung secara cepat, dan berpikir untung, taruhlah 10x pak supir melakukan hal tersebut, maka ia telah memperoleh tambahan Rp10.000 dari setiap kembalian yang tidak ia kembalikan.

Kali ini reaksi saya yang bermain. Sebelum tiba di rumah, saya berhenti di toko buah, membeli pisang dan memperoleh kembalian dalam bentuk nominal yang lebih kecil. Apa yang saya lakukan? Ketika turun, ya saya membayar pak supir dengan uang pas sesuai argo yang tertera.

Masih sambil berdiri dan memasuki rumah, saya menceritakan kisah ini kepada adik. Tiba-tiba dia berujar, kenapa engkau bereaksi? Mengapa engkau menghukum pak supir secara tidak langsung dengan memberikan uang pas, padahal engkau bisa memberi dia lebih?

Saya tiba-tiba terdiam. Dilain pihak saya tidak setuju dengan tindakan pak supir, akan tetapi saya bereaksi tanpa dasar.
Seharusnya saya bisa menjelaskan dan menyatakan keberatan saya kepada pak supir, bukan dengan tindakan seperti itu. Dengan tindakan itu saya justru tidak mendidik pak supir untuk bersikap jujur.

Kejujuran dan integritas bisa menjadi hal yang langka dalam kehidupan. Dimulai dari hal-hal yang kecil dan sederhana seperti memberi kembalian tadi, bisa berlanjut menjadi besar. Akan tetapi melalui kisah ini saya juga belajar bagaimana untuk tidak bereaksi dengan hal-hal kecil yang sebenarnya tidak merugikan. Berpikir secara sederhana, memberi tanpa pamrih, dan mengutarakan kebenaran tanpa menghakimi orang lain.


Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS/EDGE/3G network

No comments: