Monday, July 18, 2016

Giri Tirta: Our Short Gateway Weekend

Ceritanya pingin liburan yang gak terlalu jauh dari rumah.
Browsing-browsing informasi lokasi via Mbah Google nemu satu tempat masih di daerah Jabodetabek namanya Giri Tirta Resort and Spa tepatnya berlokasi di Babakan Madang Gunung Pancar Bogor. Pikir-pikir, bolehlah dijajagi...
Harga masih masuk budget, dan terlebih lagi ada hotspring private. Nom nom hmmm... Colek Tante & Oom aahhh, biar tambah asyik. Eh, mereka setuju.

Plannya, 2 hari sebelum Lebaran berangkat ke lokasi.
Reservasi via telepon dan sms dilakukan, ehhh ternyata tutup pas tanggal yang diinginkan. Tempatnya baru buka kembali tanggal 9. Ya udah lha ya, telepon setelah Lebaran, mau booking buat tanggal 9, eehhh full booked! Wooww... Ruarr biasa. Terpaksa reschedule ke minggu depan.

Bangun pagi dengan mata sepet karena kurang tidur itu sesuatu yaa. But the show must go on. Setelah tertunda selama sepekan, akhirnya jadi juga menghabiskan akhir pekan di luar Bekasi La la la la la... Rute perjalanan yang ditempuh adalah mampir ke Pondok Rangon, trus hang out sebentar di Starbucks Cibubur lanjut makan siang di Ah Poong Sentul, baru janjian sama Pak Anwar dari Giri Tirta.

Bermodalkan pengalaman akhir tahun ke Gunung Pancar, dimana kami harus melalui kondisi jalan khas pegunungan yang berliku-liku, naik turun, kami memutuskan untuk memarkir mobil di komplek Taman Viktoria, dan mengambil fasilitas antar jemput yang disediakan oleh resort. Maklum kondisi mobil sedang tidak memungkinkan untuk off road. Pak Anwar menjadi guide sekaligus supir kami.

Cuaca kurang bersahabat, karena hujan besar melanda di daerah Sentul dan sekitarnya selepas makan siang. Nyaris saja perjalanan batal, karena mobil yang akan membawa kami ke lokasi dilaporkan slip di daerah hutan pinus, Gunung Pancar. Selidik punya selidik, Pak Anwar ternyata menolong mobil yang slip... Setelah tertunda sekitar satu jam dari jadwal, akhirnya kami berangkat juga ke Giri Tirta. 

Perjalanan cukup mulus sampai ke pintu masuk Hutan Gunung Pancar. Di sepanjang jalan banyak terlihat tempat camping dan outbond dengan pemandangan pohon-pohon pinus tinggi menjulang di kiri kanan jalan. Setelah melewati hutan pinus, perjalanan kami semakin seru dan menantang. Kondisi jalanan semakin mengecil hanya muat satu mobil, berhadapan dengan jurang di sisi kiri-kanan, ditambah dengan kontur jalan berbatu-batu besar berliku serta naik turun, membuat kami tetap on. Tangan berpegang erat pokoknya, sambil dalam hati mendaraskan doa, lancarkan perjalanan kami. Acung jempol untuk Pak Anwar yang menguasai medan dan menemani kami sambil bercerita sehingga kecemasan kami berkurang. Walau demikian, di tengah perjalanan kami masih menemukan motor yang ditinggalkan begitu saja oleh pemilik dengan jok ditutup daun pisang dan rumah-rumah penduduk di antara rerimbunan pohon. Sesuatu yang langka di tengah hiruk pikuk kehidupan kota. Ternyata masih ada kehidupan yang out of nowhere, tak terimbas perkembangan kota. Masih ada kejujuran dan kepercayaan yang kental di sini, meskipun banyak pendatang aka turis lalu lalang.

Setelah kurang lebih 30 menit terlonjak-lonjak, akhirnya kami tiba di lokasi. Barang-barang diturunkan dan dibawa oleh room boy. Sesuai pesanan, kami mendapatkan 2 kamar family room, bernama Villa Galinggem berkapasitas 4 orang. Perjuangan belum usai, saudara-saudara! Kami masih harus menaiki sekitar 30an anak tangga untuk mencapai kamar...
Pfiuuhhh. Usap peluh. Baju basah keringat, nafas ngos-ngosan. Yaa, ketauan gak pernah olahraga.

Tapi, segala kelelahan dan ajrut-ajrutan diperjalanan terbayar dengan pemandangan yang kami dapatkan dari kamar. Dari kejauhan terlihat pepohonan, sawah dan gemericik air sungai, sungguh menyejukan pikiran. Sejauh mata memandang, kehijauan merajai, menyegarkan. Pisang goreng dan mixed fruit juice menemani perbincangan santai kami di teras sambil menikmati sore. Tak lama berbincang kami masuk ke kamar masing-masing untuk beristirahat. Yang mudaan kudu ngalah, mendapat kamar di atas hehehehe.

Malam mulai menjelang ketika kami terbangun. Kampung tengah meronta-ronta meminta bagian. Kami bergegas ke restoran dan memesan makanan. Rekomendasi dari penjaga untuk memilih nasi timbel memang top markotop. Lauknya berlimpah ruah, ada ayam goreng, ikan mas goreng, tahu, tempe, ikan peda, lalapan, sambel plus sayur asem dalam porsi besar. Wooww mantabbss!!! Makan langsung gak bersisa... Dengan harga Rp 42.000, gak rugi lha... 

Trus, what's next?? Pastinya berendem di kolam air panas, dunggss. Sekilas ngobrol dengan penjaga, berendem yang enak disarankan sebaiknya sebelum tidur atau setelah bangun pagi... Tanpa ragu, namanya juga kurang tidur dan istirahat, kami sepakat setelah makan malam langsung capcus ke kolam untuk berendam, dengan tekad supaya tidur jadi lebih nyenyak. 

Tersedia beberapa bilik kolam pemandian, tinggal cari aja yang kosong. Masing-masing kolam bisa menampung 4-6orang, dilengkapi saung untuk bersantai dan lemari penyimpan pakaian. Tersedia juga shower untuk bilas, dengan sabun dan shampoonya, sementara di counter disediakan handuk. Kalau mau pesan makanan dari restoran, bisa diantarkan ke saung. Full service pokoknya. Perlu digarisbawahi kalau semua kolam dikemas semi terbuka, dengan desain yang menyatu dengan alam. Hasilnya, kami berendam di kolam di antara pepohonan, beratapkan langit, ditemani sinar rembulan. Yang bikin tambah enaknya lagi, air panas yang dikeluarkan merupakan sumber air mineral langsung dari Gunung Pancar yang bermanfaat untuk rematik dan pegal-pegal. Passs maknyosnya.

Berhubung air kolam cukup panas, perlu tahap-tahap penyesuaian sama badan. Pertama, celup kaki dulu, setelah itu baru nyemplung seluruh badan.Hmmmm enaakk banget. Apalagi sambil menyandarkan kepala dipinggir kolam, meluruskan kaki dalam air dan membiarkan tubuh terendam air sampai batas leher, baru terasa otot-otot yang tegang dari kaki sampai leher seperti dipijat dan mulai rileks. Sayangnya fasilitas spa sudah tidak berfungsi lagi. Jika dilanjutkan dengan full body massage, double kenikmatan pastinya. Setelah puas berendam, kami kembali ke kamar dan bersiap tidur.

Apadaya, karena sesuatu hal, pagi-pagi buta harus sudah cek out dari Giri Tirta. Meskipun demikian, pagi kami dihiasi dengan semangat baru dan tubuh segar, tentunya, setelah mendapatkan tidur yang berkualitas. Efek berendam, niiyyyy... Setelah sarapan nasi goreng dan minum  juice jeruk, time to go back to J town... Dalam hati berjanji, next time harus diarrange lagi dengan lebih baik, ajak lebih banyak orang dan tentunya set waktu lebih lama. Yang pasti, weekend ke Giri Tirta ini betul-betul great escape untuk short refreshing meskipun masih ada tempat yang belum dikunjungi, seperti Kawah Merah. Istirahat jadi lebih maksimal soalnya sinyal telepon dan televisi minim di sini. Yang pasti jadi punya quality time juga dengan orang-orang terkasih.

Oh ya, satu hal yang saya dapatkan dari perjalanan ini, bahwa untuk mencapai kebahagiaan diperlukan proses yang panjang namun pasti. Sama seperti proses untuk sampai ke Giri Tirta ini. Penuh perjuangan, tetapi indah pada akhirnya... 

Info detail tentang Giri Tirta cekidot www.giritirtaresort.com 

No comments: