Thursday, December 9, 2010

Sukabumi Trip Part II

Dibangunkan dengan cuaca pagi yang sejuk dan suara kicauan burung, tak lama kami bersiap-siap untuk sarapan pagi dan rafting. Sepiring nasi goreng dengan telor ceplok mengisi sarapan pagi plus segelas teh manis hangat. Tak lama kami dikumpulkan di lapangan untuk warming up dan pembagian kelompok. Hmmm it’s show timeeee!!!


Dari lokasi penginapan kami sudah diperlengkapi dengan helm, pelampung dan dayung. Untuk sampai di Sungai Citarik, kami masih harus naik pick up melewati rumah-rumah penduduk, sawah dan jalanan yang curam sekitar 15 menit. Sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan saya menunggu giliran perahu diletakan dialiran sungai.

Karena belum pernah ikut rafting sebelumnya, saya didudukan ditengah. Instruksi dari instruktur, Pak Ma’mun saya dengarkan dengan seksama. Diperlukan konsentrasi serta kerjasama antar anggota dalam perahu untuk menghindari terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Selain itu diinformasikan juga tentang langkah keamanan berarung jeram.

Matahari bersinar agak malu-malu. Salah satu keuntungan bagi saya, karena paling kurang kulit gak gosong-gosong amat hi hi hi. Debit air yang cukup sekitar 70 membuat perjalanan perahu cukup smooth, tidak mudah kandas karena batu-batu. Jarak tempuh 9km dengan durasi 2 jam serta melewati 21 stopper. Masing-masing stopper memiliki nama yang unik. Beberapa yang berhasil saya ingat adalah Praying, Zig-zag, dan TVRI. Pemandangan alam yang dilewati begitu menakjubkan. Rerimbunan pohon-pohon di kiri kanan aliran sungai, membuat saya tak putus-putusnya memuji kebesaran Sang Pencipta.

Pak Ma’mun mengatur dengan serius sekaligus santai. Sekali-kali peserta disiramnya dengan air :P. Pergerakan perahu tergantung pada kerjasama antar anggota dan konsentrasi mendengarkan instruksi. Laju perahu berubah-ubah kadang mundur, kadang maju, kadang terombang-ambing tak jarang sedikit meloncat-loncat bahkan tiba-tiba tenang. Di salah satu stopper konsentrasi salah satu anggota melemah, dan tiba-tiba saja ia terlempar dari perahu. Belajar dari kondisi tersebut, kami tetap fokus pada instruksi dan tentu saja kembali menikmati perjalanan.
Tidak terasa 21 stopper telah dilalui, rafting diakhiri dengan meminum air kelapa langsung dari batoknya, segarrrrnyaaa.

Selesai rafting gerimis mengundang (kayak lagu,yaaa…) kami kembali ke penginapan, ada permainan paint ball menunggu. Sambil berjalan ke arena paintball, pisang goreng sedikit mengganjal perut.. Untuk sampai di arena, saya melewati jembatan gantung yang melewatinya harus agak antri dan satu per satu. Setibanya dilokasi, kembali kami dibagi kelompok dan mendapatkan briefing singkat tentang cara bermain.

Oh ya, sekedar informasi, paint ball adalah permainan perang-perangan dengan menggunakan peluru dari gelatin, sehingga jika tertembak akan menimbulkan bekas warna pada baju. Setting permainan diatur sedemikian rupa seperti berada di medan perang. Para pemain dilengkapi dengan helm, seragam, senjata dan peluru. Setelah briefing singkat dan memakai seragam serta peralatan, kami langsung memasuki arena. Ada kejadian culun yang saya alami, ternyata lebih enak menjadi penonton dibandingkan ikut bermain.

Sepanjang permainan, saya tidak berani beranjak sedikitpun dari balik batu. Beraninya jadi endog saja, karena sedikit bergerak, peluru lawan langsung berdesing-desing. Akhirnya saya hanya berani menembak setelah melihat ada musuh di depan teman saya, setelah itu, terpaksa mundur karena tertembak, he he he.

Kami kembali ke penginapan untuk membersihkan badan dan makan siang setelah permainan paintball selesai. Makan siang disajikan secara prasmanan khas Sunda. Tersedia juga es cincau hijau yang menyegarkan sebagai penutup. Setelah makan siang, kami bersiap-siap untuk kembali ke Jakarta. Sempat mampir di resto Ayam Bakar untuk bersantap sore. Es lilin home made buatan Nyonya Rumah yummy, meskipun sempat salah makan. Niatnya durian, tetapi dapatnya nangka. Warnanya sama berbeda rasa, ternyata. Pengalaman seru yang membekas.

No comments: