Monday, November 15, 2010

Cerita Tentang Handphone

Hampir sebagian besar penduduk ibukota saat ini sudah melek dengan teknologi telekomunikasi, yang bernama handphone. Dari yang model sederhana, sampai yang njlimet, atau dari yang murah meriah sampai mahalnya gak nahan. Bukan hal yang tidak mungkin, jika saat ini tukang sayurpun menggunakan handphone sebagai alat komunikasi.


Secara awam, handphone sendiri terdiri dari body handphone, baterai, charger dan kartu sim..Agar dapat digunakan maka handphone harus sudah full charge baterai dan tentu saja memiliki kartu sim yang aktif dan ada pulsanya. He he he lebay, yach…

Nah, untuk dapat berkomunikasi, sebuah handphone juga harus didukung dengan kondisi sinyal yang baik sehingga suara atau pesan yang disampaikan dapat diterima tanpa kendala. Kelancaran komunikasi akan sangat tergantung dengan jangkauan sinyal dari provider. Kalau yang ini, bukan saya yang nentuin, tergantung pilihan pembaca :)

Dalam perjalanan menuju ke kantor, sedikit terganggu (kebiasaan tidur di mobil, niy) dengan seorang ibu yang tak lepas on-line dari handphonenya. Saya sempat berpikir, betah banget si ibu selama perjalanan sekitar 1.5 jam tak putus berbicara. Dari A,B,C, dan seterusnya dan seterusnya. Ach mungkin si ibu sedang menghabiskan waktu dalam kendaraan dan mengusir kesepiannya, sutralah…

Tetapi tiba-tiba saya teringat betapa pentingnya handphone saat ini dalam kehidupan. Jika diibaratkan dengan pacar atau suami, fungsinya akan sama pentingnya. Melalui benda yang kecilnya tidak lebih dari genggaman tangan orang dewasa, dunia dapat terhubung. Bahkan bagi sebagian orang, jika handphone tertinggal, lebih baik pulang kembali untuk mengambil handphone daripada hidup tanpanya.

Sebagai manusia, saya tidak hidup seorang diri. Saya memerlukan orang lain untuk menyatakan diri dan berkomunikasi dengan mereka. Jika diibaratkan dengan handphone, maka keypad dan speaker adalah alat saya untuk berkomunikasi dengan sesama, Sementara supaya agar tetap tunning, saya perlu menjaga sinyal saya dengan baik dengan tidak hanya menjaga kualitas suara tetapi pada sesuatu yang tidak terlihat, tetapi ada, yaitu Sang Pencipta. Bukankah hubungan baik akan tercipta jika ada koneksi yang juga baik?

Bagaimana caranya supaya tetap baik? Selain menjaga sinyal, ya juga harus di charge dan reload. Dalam artian diisi dengan sesuatu yang baik, seperti membaca kitab suci, beribadah atau membaca buku tentang motivasi atau sesuatu yang inspiratif misalnya. Serta direload dengan siraman rohani dari pendeta, pastor, ustad atau seorang motivator. Oh iya, buat yang isi ulang jangan kelupaan dibeli pulsa, dan yang berlangganan bulanan, jangan lupa dibayar, supaya tidak terblokir Means, sesuatu yang positif dan baik tersebut harus secara rutin dilakukan, supaya tetap bisa terhubung, gak ke blok atau tulalit. Kalau koneksi tersebut tetap terjaga, semoga hubungan serta komunikasi yang terjalin tetap selalu lancar jaya. 

Be positive to be a better you, and stay connect

No comments: