Tuesday, June 1, 2010

Think Before Act

Dua minggu yang lalu, saya sempat terserang sariawan di mulut, lidah dan tenggorokan. Membaca buku atau artikel menjadi suatu kebiasaan lama yang muncul kembali, karena saya memilih membatasi berbicara hanya jika diperlukan.

Di saat itu saya membaca sebuah headline di situs berita lokal, seorang mahasiswa terancam diskors dari kampus karena status FB. Kejadian sederhana yang menjadi tidak sederhana, sebuah reaksi yang reaktif. Itu yang terlintas dibenak saya.

Bermula dari kekecewaan dari pertandingan bola lokal, Persipura melawan Persib. Kekecewaan yang dilampiaskan dengan mengupdate status melalui situs pertemanan yang nota bene dibaca publik dan menimbulkan ketersinggungan pihak tertentu.

Hmmm... Kita sering kali mudah bereaksi dengan suatu kejadian, tanpa memikirkan akibatnya. Melihat sesuatu, dengan cepat diekspresikan. Gak ada salahnya juga, siy. Akan tetapi, bisa jadi ribet dan berabe jika timbul reaksi yang kurang berkenan, seperti marah. Terkadang kita suka tidak sadar dengan akibat yang menanti setelah itu.

Tidak jarang terjadi kasus serupa yang berbuntut pada kerugian si penulis. Maksud hati hanya melampiaskan perasaan, gak taunya menggegerkan perasaan. Tercatat dua atau tiga peristiwa yang pernah saya baca tentang update mengupdate status ini.

Sama halnya dengan mencurahkan isi hati melalui situs pertemanan meski virtual.
Diibaratkan berbicara dengan teman face to face, tentu saja bahasa yang digunakan lebih santai dan cenderung lebih spontan. Siapa juga yang mau berbicara dengan teman dengan bahasa yang resmi? Sungguh canggung rasanya.

Menyambung kondisi sariawan saya, di satu sisi saya jadi belajar mengendalikan mulut. Setiap kata yang keluar menjadi berharga dan amat dipikirkan. Tentu saja, karena jika terlalu banyak berkata-kata, mulut saya menjadi amat nyeri sampai ke gigi.

Sambil merenungi kejadian tersebut, saya berpikir, ada benarnya jika Sang Pencipta menciptakan manusia dengan komposisi sempurna. Dua mata, dua telinga dan satu mulut. Supaya kita bisa lebih banyak melihat, lebih banyak mendengar dibanding dengan berkata-kata. Lebih bijak berpikir sebelum mengutarakan sesuatu.

Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS/EDGE/3G network

No comments: